Wednesday 20 January 2010

Kidungan Jawa Timur

Kidung biasa juga dikenal sebagai Tembang, nyanyian jiwa ataupun ungkapan hati dan perasaan, bisa juga sebagai senandung jiwa...
Senandung jiwa biasanya timbul spontan dan spontanitas itulah yang akhirnya menjadi sengkok2 indah karena dia orisinil datang dari kedalaman jiwa/hati yang sedang gundah, sedih, riang, cemas, dan laen, dan laen.....!.
Saya bukan ahli bahasa dan sedang tidak ingin membahas kosa kata bahasa, tapi lebih tentang warna sebuah "KIDUNG" yang di jawa timur seseorang yang sedang melantunkan sebuah Kidung disebut sedang Ngidung..atau nembang. Nembang tapi tembangnya berupa Kidungan. Kidungan adalah gaya nembang asli khas Jawa Timuran yang unik, menggelitik, jenaka, kadang penuh dengan sindiran halus sampai terang2an/sarkasme, tidak jarang berupa kritik yang membangun, memotivasi dan tidak jarang juga berupa ejekan yang tidak membuat pendengarnya merasa perlu marah tapi malah tergelitik untuk akhirnya menyadari betapa mengenanya kritikan dalam kidung tersebut.
Kidungan sering dijadikan sarana ampuh untuk memperbaiki kondisi ataupun kebiasaan/ pola atau gaya hidup segolongan tertentu dalam masyarakat jawa timur yang dianggab tidak pas pada zamannya atau kurang pas dengan adat kebiasaan warga setempat.
Kidung selalu menjadi ciri khas dalam sebuah pentas kesenian asli jawa timur yang dikenal dengan nama "Ludruk".
Dalam pentas Ludruk, kidung biasanya dibawakan oleh penari "REMO", penari Remo biasanya tampil sebagai pembuka pentas. Namun Kidung2 selanjutnya yang sangat ditungu-tunggu oleh pemirsa ludruk sesungguhnya adalah kidungan yang dibawakan oleh pelawak2 ludruk yang urutan tampilnya pada segment setelah tari Remo.

Nah setelah tari Remo, biasanya tampil pelawak andalan seorang diri dulu ke pentas dan mulai dengan kidungan2 jenaka, penuh pantun jenaka, kritik, sampai pada yang berkonotasi memotivasi.
Tampilnya lawak andalan seorang diri ini biasanya tidak kurang dari 30 menit, bahkan bisa lebih...
Pelawak andalan ini tidak saja jenaka dalam kidungannya tetapi juga piawai membuat syair atau pantun spontan sebagai bahan kidungannya. Dia pun harus lucu dalam cara membawakannya karena dialah sebenarnya bintang utama yang menjadi icon sebuah kelompok Ludruk. Jika ludruk tidak punya pelawak andalan, maka bisa dipastikan kelompok Ludruk tersebut tidak akan bisa bertahan lama.

Kidung Jawa timuran pertama sangat dikenal pada zaman penjajahan jepang,dimana pada saat itu selepas dari penjajahan Hindia Belanda, Indonesia lantas dijajah bangsa Jepang atau lebih dikenal dengan Nippon. Waktu itu pahlawan Ludruk Jawa Timur yang cukup harum namanya, yaitu (alm) Cak Durasim, melalui kidungannya yang berupa "Parik-an" atau Pantun mengingatkan warga sekitar dimana Cak Durasim pentas untuk menyadari bahwa ikut Nippon ternyata tambah sengsara.

Contoh syair pantun dalam kidungannya, antara lain :

-Bekupon Omahe Doro
Melok Nippon Tambah Sengsoro
(Bekupon rumahnya burung dara, ikut Nippon tambah sengsara)

-Maju ditepang Mundur ditepang, kemule goni persis jaranan kepang
(Maju di tendang-mundur ditendang, selimutnya goni (Kain bahan karung)-Persis kuda kepang/kuda lumping.

Cuplikan syair kidungan tsb adalah realita kehidupan warga bangsa indonesia saat itu dan terjadi hampir diseluruh pelosok tanah air.dimana kerja rodi adalah pemandangan sehari2.